Laporan Hasil Observasi Psikologi Pendidikan
Nama Anggota :
1. Nurilan Nova (12-004)
2. Nafia Sari (12-014)
3. Lina Sentosa (12-020)
4. Hagar Larencia (12-066)
5. Rebecca Evelyn (12-090)
6. Andina Fitriani (12-112)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hadiahkan atas rahmat dan berkah
Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang mana dengan
kemudahan dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas laporan observasi
yang bertemakan “ E-learning
“.
Adapun laporan
observasi
ini kami susun
guna memenuhi persyaratan nilai tugas dalam
mata kuliah Psikologi
Pendidikan di
Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
Terima
kasih juga kami ucapkan
kepada dosen pengampu
mata kuliah Psikologi Pendidikan karena telah
memberikan kami tugas
sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman kami serta
membentuk
kebersamaan dan sinergi dalam
kelompok kami ini. Dan
secara khusus kami juga mengucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua kami yang senantiasa
memberikan semangat dan dukungan serta do’a yang selalu mengiringi kami.
Kami selaku penyusun sadar akan ketidaksempurnaan
dan kekurangan dalam laporan
ini baik dalam hal sistem penyusunan maupun hasil
observasinya. Oleh sebab itu kami sangat berharap atas
kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan pengetahuan kita bersama dan
penunjang lebih baik lagi untuk laporan
observasi selanjutnya.
Medan, Juni
2013
Tim Penyusun,
Kelompok Lima (5) Genap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 13 Medan
Alamat Sekolah : Jalan Brigjend Zein Hamid km 7 Titikuning
Uang Sekolah : Rp.100.000,-/bulan
Konsep E-learning : Power Point
1.2.
Uraian Aktivitas Observasi
Jadwal observasi :
Kamis, 23 Mei 2013
Waktu observasi :
11.00 WIB – 12.15 WIB
Objek Observasi :
Seluruh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13 Medan
Hari pelaksanaan : Kamis Waktu pelaksanaan : 23 Mei 2013
1.3.
Latar
Belakang
Di
era modern ini, orang di seluruh penjuru dunia dituntut untuk memahami dan
mengaplikasikan teknologi dalam kehidupannya, tidak terkecuali siswa. Atas
dasar inilah pembelajaran E-learning
mulai diterapkan dalam sekolah-sekolah di Indonesia. E-learning merupakan elektronik learning atau pembelajaran
elektronik. Secara ringkas, E-learning berarti
belajar dengan menggunakan media elektronik. Metode pembelajaran E-learning tergolong masih sangat muda
di Indonesia. Dengan menggunakan metode E-learning
ini, siswa di seluruh bagian Indonesia diharapkan dapat memahami dan
mengaplikasikan teknologi agar tidak tertinggal oleh zaman yang semakin
berkembang.
1.4.
Tujuan
Observasi
1.
Untuk
mengetahui proses E-learning di
sekolah.
2.
Untuk
mengetahui teori belajar, motivasi, orientasi belajar, dan manajemen kelas yang
digunakan dalam proses E-learning.
3.
Untuk
mengetahui sejauh mana E-learning
berperan dalam pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
E-Learning merupakan suatu
jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa
dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan computer
lain (Hartley, 2001).
Salah satu yang memudahkan proses E-learning adalah
adanya koneksi internet. Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer.
Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang terhubung di seluruh
dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses oleh murid
(Santrok, 2011).
Dalam proses pembelajaran ada beberapa aspek yang terlibak, diantaranya
teori belajar ynag digunakan, motivasi siswa, orientasi belajar, serta
manejemen kelas. Ada dua pendekatan dalam teori belajar yaitu, pendekatan
behaviorisme dan pendekatan asosiatif. Pendekatan behaviorisme adalah pandangan
bahwa perilku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diobservasi.
Sedangkan pendekatan asosiatif adalah pembelajaran meliputi dua kejadian yang
saling terkait.
Ada empat
perspektif dalam menjelaskan motivasi, yaitu :
1.
Perspektif
behavioral yang menekan bahwa kunci dari motivasi siswa adalah imbalan dan
hukuman.
2.
Perspektif
humanistik menekankan pada kapasitas siswa untuk mengembangkan kepribadian dan
kebebasan untuk memilih nasib mereka.
3.
Perspektif kognitif
menekankan bahwa pemikiran siswa akan memandu motivasi mereka.
4.
Perspektif sosial menekankan
motivasi siswa dipengaruhi oleh motif afiliasi.
Orientasi belajar terbagi dua, yaitu Student
Center Learning yaitu pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat dari
pembelajaran dan Teacher Center Learning yang
menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.
Manejemen kelas merupakan suatu usaha untuk mengelola kelas dengan baik
sehingga memaksimalkan kesmpatan pembelajaran siswa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Laporan Observasi
3.1.1.
Teori
Belajar
Teori
belajar yang digunakan di SMA Negeri 13 Medan adalah teori belajar operant
conditioning. Penerapan teori operant conditioning terletak saat pengumpulan
tugas makalah sejarah dimana guru memberikan feedback terhadap makalah, baik
berupa reinforcement positif maupun negatif. Ketika terdapat kesalahan pada
makalah guru memberikan penjelasan dan ketika makalahnya bagus, guru memuji
kelompok.
3.1.2.
Motivasi
Berdasarkan
hasil pengamatan, motivasi siswa kelas X.7 di SMA Negeri 13 Medan yang paling dominan
adalah motivasi berdasarkan persepektif humanistik yaitu menekankan pada
kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih
sendiri nasib mereka.
Hal
ini terlihat dari kondisi belajar. Siswa bebas memilih apakah mereka ingin
mendengarkan penjelasan guru atau tidak. Dalam hal ini, guru juga tidak
menuntut bahwa siswa harus mendengarkannya dengan seksama. Guru tidak
memberikan hukuman bagi siswa yang tidak mendengarkan. Dari kondisi inilah,
terlihat bahwa motivasi siswa adalah humanistik yang bebas menentukan nasibnya.
Motivasi
yang juga terlihat namun tidak dominan adalah motivasi berdasarkan persepktif
behavioral. Siswa memang bebas memilih apakah mereka ingin mendengarkan guru
atau tidak, dan guru pun tidak menuntut siswa untuk mendengarkannya. Namun
ketika ada pertanyaan dari guru, siswa yang berhasil menjawab akan mendapat
nilai yang baik.
3.1.3.
Orientasi
Belajar
Orientasi
belajar yang digunakan adalah perpaduan antara Student-Centered Learning (SCL)
dan Teacher-Centered Learning (TCL). Namun yang lebih dominan adalah TCL.
Orientasi
SCL terlihat dengan adanya diskusi dalam membahas suatu topik tertentu.
Orientasi
TCL terlihat ketika guru menerangkan di depan dengan gaya presentasi dan siswa
memperhatikan guru. Selain itu guru juga memberikan tugas yang sudah diarahkan
cara pengerjaannya. Hal ini terlihat pada hari observasi, dimana siswa
mengumpulkan tugas makalah dari hari sebelumnya. Guru menilai makalah tersebut
dan mengatakan bahwa siswa seharusnya melakukan hal ini dan itu dalam
makalahnya. Hal ini menunjukkan adanya intruksi langsung oleh guru yang
dicirikan oleh arahan dan kontrol guru dan ekspektasi guru atas kemajuan
siswanya.
3.1.4.
Manajemen
Kelas
a. Lingkungan
Fisik Kelas
Ruang-ruang
kelas di SMA Negeri 13 Medan cukup luas sehingga ruangan tidak terlalu padat
meskipun siswa banyak. Fasilitas seperti lemari kecil tempat penyimpanan buku
juga terdapat di dalam kelas. Seperti sekolah negeri pada umumnya di Indonesia,
setiap dua orang siswa berada di meja yang sama. Kelas menggunakan white board
dan mempunyai sebuah proyektor yang tergantung di langit-langit atap kelas.
Hal yang
disayangkan adalah kondisi kelas yang kurang pencahayaan dan pengap. Kelas yang
terletak di antara dua bangunan kelas lainnya membuat kelas X.7 ini menjadi
gelap. Sedangkan kondisi pengap disebabkan karena udara yang panas dan tidak
adanya pendingin ruangan, seperti AC atau kipas angin dalam ruangan kelas.
Pada kondisi
umum, gaya penataan kelas adalah gaya auditorium dimana semua siswa duduk
menghadap guru. Gaya auditorium ini menmbatasi kontak antar siswa tatap muka
dan guru bebas bergerak kemana saja. Ketika diskusi berlangsung gaya penataan
kelas yang digunakan adalah gaya klaster dimana beberapa siswa duduk dalam
kelompok kecil.
b. Gaya
Pengajaran
Gaya pengajaran
yang digunakan oleh Guru Sejarah ketika observasi dilakukan adalah gabungan
antara gaya permisif dan otoritatif.
Guru tidak memberikan banyak dukungan untuk pengelolaan perilaku namun
guru melibatkan murid dalam kerja sama dan menjelaskan aturan untuk dipahami
dalam pengerjaan tugas. Hal ini terlihat ketika pengumpulan makalah, beberapa
siswa memang berperan aktif dalam bertanya namun siswa lainnya tidak peduli dan
sesuka hati untuk keluar masuk kelas. Dalam hal ini, guru tidak menegur siswa
yang keluar masuk kelas sehingga tidak ada dukungan untuk pengembangan perilaku
siswa.
3.2.
Evaluasi
E-Learning merupakan
suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke
siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media
jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Konsep E-learning
yang digunakan oleh SMA Negeri 13 adalah power point. Motivasi siswa kelas
X.7 merupakan motivasi humanistik baik bagi siswa yang benar-benar ingin belajar
namun sulit bagi siswa yang harus didorong untuk belajar. Siswa yang harus
didorong ini membutuhkan motivasi behavioral untuk memunculkan motivasi
humanistik. Perpaduan antara motivasi humanistik dan behavioral yang diterapkan
sekolah sudah cukup bagus, namun tidak dapat disamaratakan bagi seluruh siswa
karena adanya perbedaan karakteristik di atas. Sebagai siswa Sekolah Menengah
Atas yang berada pada masa remaja yang sedang mencari jati diri diperlukan
bimbingan oleh guru untuk memunculkan motivasi instrinsik siswa.
Orientasi belajar yang digunakan bagus
karena menggabungkan SCL dan TCL. SCL akan membantu siswa aktif dalam proses
belajar mengajar dan TCL akan membantu siswa dalam menentukan perilaku yang
sesuai karena dalam proses TCL guru merupakan pengarah. Jadi dengan adanya
penggabungan SCL dan TCL ini diharapkan siswa dapat menjadi orang yang aktif
terarah.
Pengaturan manejemen kelas sudah cukup baik
namun belum maksimal. Untuk uang sekolah yang terbilang cukup besar, sekolah
seharusnya dapat memberikan fasilitas yang lebih baik demi kenyamanan siswa
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
Dari semua uraian evaluasi di atas, SMA
Negeri 13 Medan sudah cukup baik dalam menggunakan metode E-learning namun semua aspek yang diamati di atas masih harus
dimaksimalkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Rangkuman
Kelompok
E-Learning merupakan suatu
jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa
dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan computer
lain (Hartley, 2001).
Proses E-learning
di SMA Negeri 13 adalah pembelajaran dengan menggunakan power point. Dalam setiap proses pembelajaran ada banyak aspek yang
dapat dilihat, aspek ini juga dapat diamati saat proses E-learning berlangsung. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah
motivasi, teori belajar, orientasi belajar, dan manejemen kelas.
Motivasi yang dimiliki oleh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13
Medan adalah motivasi humanistik yang digabungkan dengan sedikit motivasi behavioral.
Motivasi ini dipadukan dengan teori belajar behavioral yaitu operant
conditioning. Konsep manajemen kelas yang digunakan adalah gaya ruangan klaster
dan auditorium. Gaya ruangan ini sesuai dengan orientasi belajar yang
digunakan, yaitu perpaduan antara SCL dan TCL.
4.2. Rangkuman Pribadi
Dalam menghadapi era globalisasi diperlukan penyesuaian
diri terhadap teknologi-teknologi yang terus berkembang. Atas tuntutan zaman
ini dibutuhkan generasi muda yang ‘melek teknologi’. Salah satu caranya adalah
dengan memulai sistem pembelajaran yang melibatkan teknologi, yaitu E-learning.
E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet,
atau media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Bentuk E-Learning yang digunakan oleh SMA Negeri 13 Medan adalah
E-learning dengan menggunakan power point. Dalam proses E-learning
yang terjadi dalam kelas, ada beberapa aspek yang dapat diamati, di
antaranya motivasi siswa, orientasi belajar, teori belajar, dan manejemen
kelas.
Motivasi siswa yang bersifat humanis sesuai dengan orientasi belajar
SCL yang dipadukan dengan TCL karena memiliki kemungkinan untuk menghasilkan
siswa yang aktif terarah. Penerapan teori belajar operant conditioning juga
sesuai dengan motivasi dan orientasi belajar. Dalam hal manejemen kelas,
sekolah menggunakan gaya ruangan auditorium dan klaster.
Keempat aspek di atas merupakan beberapa aspek yang dapat diamati dari
proses belajar E-learning di SMA Negeri 13 Medan. Keempat aspek tersebut
saling berhubungan dan diperlukan usaha untuk memaksimalkan aspek tersebut
sehingga proses belajar menjadi efektif.
4.3. Testimoni
Testimoni
Perencanaan
Pada
tanggal 17 Mei 2013, kelompok pergi ke SMA Negeri 13 Medan untuk meminta izin
melakukan observasi. Akhirnya sekolah memperbolehkan kelompok melakukan
observasi dan dapat dilakukan tanpa surat izin karena sebelumnya sudah ada
kelompok dari kelas ganjil yang juga meminta izin dan membawa surat, sehingga kelompok
kami tidak perlu membuat surat izin lagi.
Pada
awalnya, kelompok kami dan kelompok ganjil berencana observasi pada tanggal 18
Mei 2013, namun sekolah tidak mengizinkan karena pada tanggal tersebut sekolah
kedatangan tamu. Sehingga kelompok kami dan kelompok ganjil mengundurkan waktu
observasi menjadi tanggal 23 Mei 2013. Sebelum observasi kami membuat catatan
mengenai aspek yang perlu dinilai dalam observasi.
Dalam hal perencanaan ini, terus terang kelompok kami kurang persiapan. Hal
ini disebabkan karena adanya ketidakkonsistenan dalam mencari sekolah untuk
diobservasi. Ada perbedaan pendapat antar anggota kelompok dalam hal pemilihan
sekolah. Namun pada akhirnya, kami menemukan sekolah dengan bantuan dari kelas
ganjil.
Proses
Observasi
Sesuai
jadwal, observasi dilakukan pada tanggal 23 Mei 2013. Kelompok ganjil melakukan
observasi di pagi hari sedangkan kelompok kami melakukan observasi pada pukul
11.00 WIB. Observasi pun dimulai. Sayangnya kami semua duduk di belakang,
karena tidak ada kursi tambahan.. Dalam proses observasi, kami mengamati aspek
yang perlu dinilai yang kami buat sebelumnya. Setelah sekitar 75 menit,
akhirnya observasi selesai dilakukan.
Proses observasi ini lebih berjalan lebih lancar dibanding perencanaaan
observasi. Kelompok lebih kompak dalam mengamati sehingga proses observasi
berjalan menyenangkan. Semua anggota kelompok ikut mengambil peran dalam proses
obsevasi. Observasi ini merupakan observasi yang pertama bagi saya. Semua
kendala yang dihadapi akan menjadi pembelajaran untuk observasi-observasi
selanjutnya.
Daftar Pustaka
Hartley, Darin E. 2001. Selling e-Learning, American Society
for Training and Development, New York. [online], (http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/pengertian-e-learning.html, diakses tanggal 6 Juni 2013)
Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan edisi kedua.
Jakarta : Kencana